Selasa, 27 Maret 2012

TUGAS IV_ARTIKEL

TUGAS IV
MENULIS ARTIKEL

DEMO – MACET – BBM MENGUAP

Kemacetan adalah situasi atau keadaan tersendatnya atau bahkan terhentinya lalu lintas yang disebabkan oleh banyaknya jumlah kendaraan yang melebihi kapasitas jalan. Kemacetan banyak terjadi di kota-kota besar, terutama yang tidak mempunyai transportasi publik yang baik atau memadai ataupun juga tidak seimbangnya kebutuhan jalan dengan kepadatan penduduk. Kota-kota besar dengan penduduk yang padat dan selalu sibuk, dapat dipastikan akan mengalami masalah kemacetan di setiap jalan kota. Contoh kota besar yang sudah terkenal dengan kemacetannya adalah Jakarta yang juga menjadi ibukota Indonesia. Kemacetan lalu lintas menjadi permasalahan sehari-hari di Jakarta, Surabaya, Bandung, Medan dan kota-kota besar lainnya di Indonesia. Hampir setiap hari, jalanan di kota besar seperti Jakarta macet dan membuat seluruh warga harus bersabar untuk sampai ke tempat tujuan.
Rencana kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia pada bulan April 2012 memicu aksi demo setiap hari oleh masyarakat Indonesia khususnya para mahasiswa. Mereka menolak rencana kenaikan harga BBM karena hal ini akan memicu kenaikan harga sembako dan kebutuhan lainnya. Selanjutnya hal ini akan menyengsarakan rakyat, khususnya rakyat yang miskin.
Oleh karena itu aksi demo penolakan kenaikan harga BBM terus berlanjut demi mendesak pemerintah agar tidak menaikkan harga BBM. Demikian halnya di Makassar, Sulawesi Selatan, aksi mahasiswa menutup jalan dengan truk tronton membuat jalan lintas poros Kota Makassar-Kabupaten Gowa macet sepanjang delapan kilometer pada hari Senin (19/3).
Kemacetan di Makassar yang disebabkan oleh aksi demo tersebut berlanjut setiap hari di beberapa jalan. Ratusan mahasiswa dari sejumlah perguruan tinggi di Makassar menggelar aksi demo serentak menolak kenaikan harga BBM per 1 April. Hal ini mengakibatkan kemacetan setiap hari di beberapa jalan besar. Antrean panjang kendaraan membuang waktu dengan percuma. Para pengendara menjadi marah dan emosi. Situasi di jalan pun memanas. Hal ini tidak hanya membuang waktu, tetapi juga membuang BBM dengan percuma.
Kemacetan yang disebabkan oleh aksi demo masyarakat di Indonesia merupakan hal yang sudah biasa dan akan sering terjadi untuk selanjutnya dalam menghadapi kebijakan-kebijakan pemerintah yang dianggap tidak dapat menyejahterakan rakyat. Selain itu, kemacetan adalah hal yang wajar terjadi di negara berkembang seperti Indonesia, selain dari aksi demo yang menjadi penyebabnya. Yang jadi pertanyaan adalah bagaimana kebijakan yang harus diadakan untuk menyikapinya. Pada dasarnya kemacetan terjadi karena mobilitas urban dan commuter yang terlalu tinggi tetapi tidak di imbangi dengan sarana dan prasarana yang memadai. Dan kalau kita tarik lagi dari akar permasalahan ini, maka kita akan bisa menarik kesimpulan bahwa masalah macet tak bisa di lepaskan dengan masalah urban. Dan sekarang anda tentu berpikir, mengapa di Indonesia terjadi eksodus urban yang besar besaran ke kota kota besar dan menjadi pusat pemerintahan. Dan sudah pasti, jawabanya adalah masalah kesejahteraan yang sulit di dapatkan di daerah asal urban itu sendiri. Sehingga sampai kapanpun masalah kemacetan akan menjadi masalah selama pemerataan kesejahteraan belum tercapai. Dan apabila tidak segera di tangani maka suatu saat nanti akan terjadi stagnasi yang luar biasa di kota kota besar seperti di Jakarta.
Kemacetan seolah telah menjadi 'fitur' baru di jalanan kota-kota besar di Indonesia. Akibatnya, selain memicu stress si pengendara mobil, konsumsi BBM pun bertambah. Dan kedua hal ini tanpa disadari sebenarnya saling berhubungan. Berbagai survei mengatakan bahwa tingkat stres tinggi pada seseorang akan lebih mudah memacu kendaraan lebih kencang tanpa memperhitungkan sekelilingnya. Alhasil BBM yang terkonsumsi mesin pun makin banyak.
Selain itu, kemacetan yang menyebabkan kendaraan berhenti untuk sekian lama dengan keadaan mesin yang terus menyala akan menyebabkan bensin atau BBM kendaraan berkurang dan tanpa disadari telah terbuang dengan percuma. Hal inilah yang menjadi salah satu akibat yang tidak disadari oleh sebagian mahasiswa yang melakukan aksi demo setiap hari dalam rangka menolak kenaikan harga BBM. Dalam aksinya, mahasiswa yang tergabung dalam Eksekutif Wilayah Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi (EW-LMND) Sulsel meminta pemerintah melaksanakan Pasal 33 UUD 1945, serta mereka menolak kenaikan harga BBM dan TDL. Mereka menyebutkan pembatasan BBM bersubsidi hanya menguntungkan pihak asing, dan membuat rakyat di negeri ini semakin menderita.
Aksi demo ratusan mahasiswa yang dimulai sejak pukul 10.00 Wita tersebut, menyebabkan sejumlah ruas jalan di Makassar mengalami kemacetan (26/3). Beberapa aksi demo dilakukan di tengah jalan raya, seperti Jl. Perintis Kemerdekaan, Urip Sumoharjo, Garuda, AP Pettarani, Sudirman, dan di bawah fly over. Sama halnya aksi-aksi kemarin, kemacetan diperkirakan mereda setalah pukul 16.30 Wita di ruas jalan tersebut.
Seperti dua pekan sebelumnya, demonstrasi mahasiswa menolak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) jadi alasan mahasiswa turun dan berorasi di jalan-jalan protokol dalam kota. Di Jl AP Pettarani, tiga kelompok mahasiswa dari kampus berbeda menutup jalan. Di Pettarani, di depan Kampus UNM Gunungsari, mahasiswa berjaket almamater oranye kembali menutup akses jalan dari utara ke selatan. Arus kendaraan meluber ke Jl Mappala, Jl Raya Pendidikan, dan akses jalan komplek Pemda di Jl AP Pettarani Blok E.
Selanjutnya masih di jalan akses terlebar di Indonesia Timur itu, belasan mahasiswa menutup sebagian badan jalan dari arah selatan ke Utara Pettarani, tepat di depan bundaran bowling, Pengayoman, di depan SPBU Pettarani dan pertigaan Jl Rappocini. Sementara sebagian lagi juga membakar ban dan berorasi di depan Kampus UIT, di jalan yang menghubungkan Pettarani dan Jl Veteran Selatan. Mapolretabes Makassar, juga melansir pesan peringatan yang sama sejak pukul 12.30 Wita hingga 14.00 Wita.
Kemacetan yang terus terjadi dalam beberapa pekan ini membuat warga menjadi terganggu dan berpendapat bahwa aksi mahasiswa yang terus berdemo merupakan aksi yang kurang simpatik. Seperti yang dilansir dalam pesan berantai Blackberry Messenger (BBM) dari warga kota bernama Rere. "Mahasiswa Demo depan SPBU Pettarani-Rappocini, Mrk memalang Truck Semen didepan SPBU, Terjadi Kemacetan Total, Aksi yg Kurang Simpatik. Trims."
Menurut informasi di atas dapat dibayangkan bahwa dengan kemacetan lalu lintas yang disebabkan oleh aksi demo mahasiswa maupun penyebab lainnya telah menyebabkan Indonesia mengalami kerugian besar. Menurut Metrotvnews.com, Rabu (21/3), kemacetan di Jakarta telah mengakibatkan kerugian negara hingga Rp45 triliun. Kerugian itu mencakup komponen biaya untuk bahan bakar kendaraan, hilangnya potensi ekonomi, dan pencemaran udara. Sehingga Jakarta dinilai tak seimbang dalam bidang kependudukan, transportasi, dan infrastruktur. Padahal, kemacetan saat ini terjadi setiap hari di Makassar. Kerugian yang dimaksud adalah terbuangnya BBM dengan percuma oleh setiap kendaraan yang terhenti di jalan karena aksi demo mahasiswa. Pemerintah seharusnya segera mengambil langkah untuk mencari solusi kemacetan, baik yang disebabkan oleh aksi demo maupun oleh sarana transportasi yang tidak memadai ataupun juga tidak seimbangnya kebutuhan jalan dengan kepadatan penduduk. Sebab kemacetan telah menghambat laju pertumbuhan dalam negeri.

Nama       : Aisyah
NIM          : 1111040177

Tidak ada komentar:

Posting Komentar