Dibalik Demo Kenaikan
BBM
Sejak
munculnya berita akan naiknya harga BBM di bulan April 2012, berbagai bentuk
protes dari berbagai pihak pun bermunculan. Terutama dalam bentuk demonstrasi
yang dilakukan oleh mahasiswa dari berbagai Universitas di Indonesia.
Alih-alih
mewakili rakyat untuk menyampaikan aspirasi, tapi apakah mereka sadar akan
perbuatan mereka justru malah akan menambah beban masyarakat dan memperburuk
kondisi perekonomian di Indonesia.
Bagaimana
tidak, aksi demonstrasi yang dilakukan oleh mahasiswa hanya akan menghambat
aktivitas masyarakat untuk memperoleh penghasilan. Misalnya saja supir angkutan
umum yang tentunya akan merugi akibat kemacetan yang terjadi karena adanya aksi
demo oleh mahasiswa. Begitu pula dengan masyarakat yang memiliki profesi lain
akan terganggu dalam pekerjaan mereka akibat kemacetan jalur transportasi. Hal
ini malah menbuat perekonomian Indonesia beberapa waktu ini akan memburuk.
Inikah
bentuk mewakili rakyat yang ingin diungkapkan oleh para mahasiswa yang berdemo
tersebut?
Bukan
hanya itu, tindakan mahasiswa yang mulai anarki dengan menjarah SPBU, Truk
minuman dan berbagai kendaraan lain pun tidaklah sesuai dengan pernyataan
mereka yang katanya membela rakyat tertindas akan kenaikan BBM ini. Bukankah
dengan melakukan hal tersebut merekalah yang justru menindas rakyat kecil
seperti supir truk yang tidak tau apa-apa.
Dampak
yang lebih parah lagi dari aksi demonstrasi ini adalah kemacetan yang terjadi
dimana-mana. Bukankah justru karena terjadinya kemacetan dimana-mana, jumlah
bahan bakar yang habis terbuang percuma makin melonjak. Ini malah akan mengurangi
jumlah minyak bumi di dunia, yang seharusnya lebih di hemat malah harus
terbuang percuma karena adanya aksi demonstrasi mahasiswa. Entah mereka
menyadari atau memang tidak peduli bahwa tindakan merekalah yang membuat BBM di
dunia menipis sehingga harga BBM pun harus naik.
Dari
aksi mahasiswa 26-27 Maret 2012 ini saja. Kita bisa menghitung dalam satu kota
besar di Indonesia saja terdapat minimal 5 Universitas berbeda yang melakukan
aksi demo yang terpisah-pisah di berbagai titik lalu lintas di kota. Kita ambil
saja kota Makassar sebagai contoh. Terdapat minimal 5 titik kemacetan yang
diakibatkan oleh aksi demo mahasiswa.
Dari 5 titik ini kita ambil saja kemungkinan
terkecil terdapat 100 kendaraan yang terkena macet dalam satu jam. Jadi
dikalikan dengan 5 titk kemacetan, paling sedikit terdapat 500 kendaraan yang
terkena macet. Dari 500 kendaran ini membuang sekitar 25 liter bahan bakar. Ini
baru perhitungan terkecil bahkan sangat kecil dan dalam waktu satu jam saja di
satu kota di Indonesia.
Jadi coba
bayangkan jika demo berlangsung 12 jam atau bahkan lebih dan diberbagai kota di
Indonesia. Bahan bakar yang dibuang percuma akibat aksi demo mahasiswa dalam satu
hari sekitar 10.000 liter bensin. Jika diuangkan sekitar Rp45.000.000, atau
kurang lebih 50jutaan. Ini baru perhitungan terkecil saja. Jika kita
benar-benar mendata jumlahnya dengan seksama bisa saja kerugian akibat aksi
demo ini mencapai ratusan juta rupiah/hari ditambah lagi dengan biaya kerusakan
ataupun penghasilan warga yang berkurang akibat.
Jadi masih
pantaskah para mahasiswa yang berdemo itu berorasi bahwa mereka ingin menuntut
kesejahteraan rakyat padahal merekalah yang justru menambah kesulitan Negara
ini. Tidakkah mereka berpikir tindakan mereka inilah yang justru memperburuk
keadaan di Indonesia. Atau benarkah tindakan mereka ini didasari oleh perhatian
mereka terhadap masyarakat seperti yang selalu mereka ungkapkan saat melakukan
orasi atau justru ada faktor lain yang berada dibelakang tindakan mereka ini.
Banyak hal yang
lebih bijak yang bisa dilakukan jika para demonstran ini benar-benar ingin
memperjuangkan kesejahteraan rakyat. Bukan dengan cara meperburuk keadaan
seperti yang mereka lakukan ini. Apalagi sebagai mahasiswa, orang-orang yang
memiliki intelektual yang tinggi yang katanya berpendidikan.
Andi Tenri Angka (1111040195)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar