Contoh Pidato
Bagian
1 : Pidato mengenai penyerahan
kedaulatan Belanda kepada Indonesia di Depan Rakyat Jakarta oleh Ir. Sukarno.
“Saudara-saudara
sekalian. Alhamdulillah saya ucapkan
ke hadirat Allah Swt. Ini hari aku telah menginjak lagi bumi Jakarta. Sudah hampir
4 tahun lamanya, saya tidak berdua dengan saudara-saudara. 4 kali 365 hari,
saya berpisah dengan rakyat Jakarta laksana rasanya seperti berkisar 40 tahun
saudara-saudara”.
“Kepada
pegawai, kepada saudara-saudara mahrain, saudara-saudaraku
tukang becak, saudara-saudaraku tukang sayur, saudara-saudaraku pegawai yang
sekecil-kecilnya, tidak ada satu yang terkecuali, semuanya saudara-saudara
saya, sampaikan salamku kepada saudara-saudara sekalian”.
“Alhamdulillah, sekarang
di halaman ini berkibar sang Dwi-warna. Benar saudara-saudara,
penyerahan kedaulatan ini adalah hasil daripada gudrul,
maksud yang baik, pengertian yang baik antara Indonesia dan belanda, antara
Indonesia dan dengan seluruh dunia internasional. Memang kami berterima kasih
atas gudrul itu. Saya pun pada saat sekarang ini
saudara-saudara, menyampaikan terima kasihku kepada semua utusan utusan agung”.
Bagian 2 : Pidato Ir. Sukarno
pada HUT RI ke-8 tanggal 17 agustus 1953.
“Hai
tentara dan polisi dan rakyat, terlihat usaha-usahamu membasmi pengacau-pangacau
itu. Segala jalan harus dilalui. Kalau kata-kata saja tidak dapat menyehatkan
jiwa yang ‘kebelingar’ apa boleh buat, suruhlah senjata berbicara satu bahasa
yang lebih kuat lagi!”.
“Pada
hal angkatan perang tidak boleh ikut-ikut politik, tidak boleh diombang-ambingkan
oleh sesuatu politik. Angkatan perang harus berjiwa, ‘iahhhh’ berjiwa,
berapi-api berjiwa, berkobar-kobar berjiwa, tapi ia tidak boleh ikut-ikut
politik”.
“Ayo
bangsa Indonesia, dengan jiwa yang berseri-seri, mari berjalan terus, jangan
berhenti, revolusimu belum selesai! Jangan berhenti! Sebab siapa yang berhenti
akan diseret oleh sejarah dan siapa yang menentang sorak dan araknya sejarah,
tidak perduli tiada bangsa apapun dia akan digiling-digilas oleh sejarah hidup
sama sekali!”
“Kalau
pihak Belanda menentangnya dengan misalanya tetap tidak mau menyudahi kolonialisme
di Irian Barat, satu hari akan datang, entah besok entah lusa, dia pasti
digiling-gilas oleh sejarah!”.
“Jika
mau hidup harus makan, yang dimakan hasil kerja. Jika tidak bekerja tidak makan,
jika tidak makan pasti mati. Inilah undang-undangnya dunia, inilah
undang-undangnya hidup, mau tidak mau semua masuk harus menerima undang-undang
ini. Terimalah undang-undang itu dengan jiwa yang besar dan merdeka, jiwa yang
tidak menengadah melainkan kepada tuhan, sebab kita tidak bertujuan bernegara
hanya satu windu saja, kita bertujuan bernegara seribu windu lamanya, bernegara
buat selama-lamanya! ‘Jarbasukimiwibeo’ sekali
merdeka tetap merdeka, merdeka, merdeka buat selama-lamanya! Terima-kasih”.
Sumber:
Arsip Nasional RI
sori bos, ijin ngeralat
BalasHapus"jer basuki mowo beo"
artinya (segala sesuatu menuntut "bayaran"/ usaha)