TUGAS IV
MENULIS
ARTIKEL
DEMO –
MACET – BBM MENGUAP
Kemacetan adalah situasi atau keadaan tersendatnya atau
bahkan terhentinya lalu lintas yang disebabkan oleh banyaknya jumlah kendaraan yang
melebihi kapasitas jalan. Kemacetan banyak terjadi di kota-kota besar,
terutama yang tidak mempunyai transportasi publik yang baik atau memadai
ataupun juga tidak seimbangnya kebutuhan jalan dengan kepadatan penduduk.
Kota-kota besar dengan penduduk yang padat dan selalu sibuk, dapat dipastikan
akan mengalami masalah kemacetan di setiap jalan kota. Contoh kota besar yang
sudah terkenal dengan kemacetannya adalah Jakarta yang juga menjadi ibukota
Indonesia. Kemacetan lalu lintas menjadi permasalahan sehari-hari di Jakarta, Surabaya, Bandung, Medan dan kota-kota
besar lainnya di
Indonesia. Hampir setiap hari, jalanan di kota besar seperti Jakarta macet dan
membuat seluruh warga harus bersabar untuk sampai ke tempat tujuan.
Rencana kenaikan
harga bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia pada bulan April 2012 memicu aksi
demo setiap hari oleh masyarakat Indonesia khususnya para mahasiswa. Mereka
menolak rencana kenaikan harga BBM karena hal ini akan memicu kenaikan harga
sembako dan kebutuhan lainnya. Selanjutnya hal ini akan menyengsarakan rakyat,
khususnya rakyat yang miskin.
Oleh
karena itu aksi demo penolakan kenaikan harga BBM terus berlanjut demi mendesak
pemerintah agar tidak menaikkan harga BBM. Demikian halnya di Makassar, Sulawesi
Selatan, aksi mahasiswa menutup jalan dengan truk tronton membuat jalan lintas
poros Kota Makassar-Kabupaten Gowa macet sepanjang delapan kilometer pada hari
Senin (19/3).
Kemacetan
di Makassar yang disebabkan oleh aksi demo tersebut berlanjut setiap hari di
beberapa jalan. Ratusan mahasiswa dari sejumlah perguruan tinggi di Makassar
menggelar aksi demo serentak menolak kenaikan harga BBM per 1 April. Hal ini
mengakibatkan kemacetan setiap hari di beberapa jalan besar. Antrean panjang
kendaraan membuang waktu dengan percuma. Para pengendara menjadi marah dan
emosi. Situasi di jalan pun memanas. Hal ini tidak hanya membuang waktu, tetapi
juga membuang BBM dengan percuma.
Kemacetan
yang disebabkan oleh aksi demo masyarakat di Indonesia merupakan hal yang sudah
biasa dan akan sering terjadi untuk selanjutnya dalam menghadapi
kebijakan-kebijakan pemerintah yang dianggap tidak dapat menyejahterakan
rakyat. Selain itu, kemacetan adalah hal yang wajar terjadi di negara
berkembang seperti Indonesia, selain dari aksi demo yang menjadi penyebabnya. Yang
jadi pertanyaan adalah bagaimana kebijakan yang harus diadakan untuk
menyikapinya. Pada dasarnya kemacetan terjadi karena mobilitas urban dan
commuter yang terlalu tinggi tetapi tidak di imbangi dengan sarana dan prasarana
yang memadai. Dan kalau kita tarik lagi dari akar permasalahan ini, maka kita
akan bisa menarik kesimpulan bahwa masalah macet tak bisa di lepaskan dengan
masalah urban. Dan sekarang anda tentu berpikir, mengapa di Indonesia terjadi
eksodus urban yang besar besaran ke kota kota besar dan menjadi pusat
pemerintahan. Dan sudah pasti, jawabanya adalah masalah kesejahteraan yang
sulit di dapatkan di daerah asal urban itu sendiri. Sehingga sampai kapanpun
masalah kemacetan akan menjadi masalah selama pemerataan kesejahteraan belum
tercapai. Dan apabila tidak segera di tangani maka suatu saat nanti akan
terjadi stagnasi yang luar biasa di kota kota besar seperti di Jakarta.
Kemacetan
seolah telah menjadi 'fitur' baru di jalanan kota-kota besar di Indonesia. Akibatnya,
selain memicu stress si pengendara mobil, konsumsi BBM pun bertambah. Dan kedua
hal ini tanpa disadari sebenarnya saling berhubungan. Berbagai survei
mengatakan bahwa tingkat stres tinggi pada seseorang akan lebih mudah memacu
kendaraan lebih kencang tanpa memperhitungkan sekelilingnya. Alhasil BBM yang
terkonsumsi mesin pun makin banyak.
Selain
itu, kemacetan yang menyebabkan kendaraan berhenti untuk sekian lama dengan
keadaan mesin yang terus menyala akan menyebabkan bensin atau BBM kendaraan berkurang
dan tanpa disadari telah terbuang dengan percuma. Hal inilah yang menjadi salah
satu akibat yang tidak disadari oleh sebagian mahasiswa yang melakukan aksi
demo setiap hari dalam rangka menolak kenaikan harga BBM. Dalam aksinya,
mahasiswa yang tergabung dalam Eksekutif Wilayah Liga Mahasiswa Nasional untuk
Demokrasi (EW-LMND) Sulsel meminta pemerintah melaksanakan Pasal 33 UUD 1945,
serta mereka menolak kenaikan harga BBM dan TDL. Mereka menyebutkan pembatasan
BBM bersubsidi hanya menguntungkan pihak asing, dan membuat rakyat di negeri
ini semakin menderita.
Aksi demo
ratusan mahasiswa yang dimulai sejak pukul 10.00 Wita tersebut, menyebabkan
sejumlah ruas jalan di Makassar mengalami kemacetan (26/3). Beberapa aksi demo
dilakukan di tengah jalan raya, seperti Jl. Perintis Kemerdekaan, Urip
Sumoharjo, Garuda, AP Pettarani, Sudirman, dan di bawah fly over. Sama halnya
aksi-aksi kemarin, kemacetan diperkirakan mereda setalah pukul 16.30 Wita di
ruas jalan tersebut.
Seperti
dua pekan sebelumnya, demonstrasi mahasiswa menolak kenaikan harga bahan bakar
minyak (BBM) jadi alasan mahasiswa turun dan berorasi di jalan-jalan protokol
dalam kota. Di Jl AP Pettarani, tiga kelompok mahasiswa dari kampus berbeda
menutup jalan. Di Pettarani, di depan Kampus UNM Gunungsari, mahasiswa berjaket
almamater oranye kembali menutup akses jalan dari utara ke selatan. Arus
kendaraan meluber ke Jl Mappala, Jl Raya Pendidikan, dan akses jalan komplek
Pemda di Jl AP Pettarani Blok E.
Selanjutnya
masih di jalan akses terlebar di Indonesia Timur itu, belasan mahasiswa menutup
sebagian badan jalan dari arah selatan ke Utara Pettarani, tepat di depan
bundaran bowling, Pengayoman, di depan SPBU Pettarani dan pertigaan Jl
Rappocini. Sementara sebagian lagi juga membakar ban dan berorasi di depan
Kampus UIT, di jalan yang menghubungkan Pettarani dan Jl Veteran Selatan.
Mapolretabes Makassar, juga melansir pesan peringatan yang sama sejak pukul
12.30 Wita hingga 14.00 Wita.
Kemacetan
yang terus terjadi dalam beberapa pekan ini membuat warga menjadi terganggu dan
berpendapat bahwa aksi mahasiswa yang terus berdemo merupakan aksi yang kurang
simpatik. Seperti yang dilansir dalam pesan berantai Blackberry Messenger (BBM)
dari warga kota bernama Rere. "Mahasiswa Demo depan SPBU Pettarani-Rappocini,
Mrk memalang Truck Semen didepan SPBU, Terjadi Kemacetan Total, Aksi yg Kurang
Simpatik. Trims."
Menurut
informasi di atas dapat dibayangkan bahwa dengan kemacetan lalu lintas yang
disebabkan oleh aksi demo mahasiswa maupun penyebab lainnya telah menyebabkan
Indonesia mengalami kerugian besar. Menurut Metrotvnews.com, Rabu (21/3),
kemacetan di Jakarta telah mengakibatkan kerugian negara hingga Rp45 triliun. Kerugian
itu mencakup komponen biaya untuk bahan bakar kendaraan, hilangnya potensi
ekonomi, dan pencemaran udara. Sehingga Jakarta dinilai tak seimbang dalam
bidang kependudukan, transportasi, dan infrastruktur. Padahal, kemacetan saat
ini terjadi setiap hari di Makassar. Kerugian yang dimaksud adalah terbuangnya
BBM dengan percuma oleh setiap kendaraan yang terhenti di jalan karena aksi
demo mahasiswa. Pemerintah seharusnya segera mengambil langkah untuk mencari
solusi kemacetan, baik yang disebabkan oleh aksi demo maupun oleh sarana
transportasi yang tidak memadai ataupun juga tidak seimbangnya kebutuhan jalan
dengan kepadatan penduduk. Sebab kemacetan telah menghambat laju pertumbuhan
dalam negeri.
Nama : Aisyah
NIM : 1111040177